Lagi-lagi
senja menenggelamkan matahari, menutup terang hingga gelap mempunyai sinar
sendiri. Pukul 17:17, pada angka itu arlojiku memperingatkan. Gerak langkah
kaki ini mulai berpadu, menikmati warna cahaya langit yang tampak dalam spektrum
cahaya. Ketika langit yang berwarna merah, perlahan menjadi jingga, hingga
kuning akan berwarna hijau, dan cahaya langit itu semakin melemah dengan
memperlihatkan warna biru menjadi ungu.
Aku
dapat merasakannya, ketika matahari hampir terbenam. Hamburan frekuensi cahaya
yang sangat rendah dapat terlihat dengan mata telanjang. Cahaya langit yang
terpolarisasi itu, membuat hariku selalu dapat menikmati senja ditiap sorenya
ke arah Barat. Aku pun tidak bisa membayangkan jika suatu hari nanti arah senja
akan berganti ke arah Timur, dapatkah matahari akan muncul di esok harinya?
Diruang
manapun, disudut apapun, senja menghadirkan cahaya yang siap untuk mereka
sambut, termasuk aku. Tentang filosofi senja; sebuah pertemuan yang diakhiri tanpa perpisahan. Senja selalu
berjumpa sapa disetiap pertemuan, namun adakah upaya senja untuk menunjukan
perpisahan? Atau setidaknya mengharapkan senyum yang sekedar melekat dalam
bayang?
Bila
sebuah senja dapat mempertemukan kedua entitas yang tidak mungkin dipertemukan,
mengapa senja ada diantara bagian malam dan pagi? Apa mereka yang menghias di
langit hanya menjadi pelengkap? Jika aku dan kamu adalah bagian dari senja,
lalu siapa yang menjadi bintang di malam hari dan pelangi di pagi hari? Atau aku
dan kamu adalah yang siap untuk menjadi pelengkap langit sebelum akhirnya
dipertemukan? Lalu hanya menjadi seperti mereka yang masih mencari letak senja,
sebab senja adalah transisi antara realita dan mimpi. Senja dapat mempertemukan
antara dua manusia, menciptakan keabadian kepada dua cerita yang berbeda.
Karena suatu saat senja adalah matahari yang akan merindukan rembulan ataupun
rembulan yang merindukan cahaya matahari. Saat senja itu menghilang, aku
hanyalah diorama kecil dalam ruang terbatas yang mencari dirimu yang hilang
bersama malam dan pagi.
Jika
masih menjadi pelengkap, aku membiarkanmu tetap menjadi bintang yang menyinari
malam hari, tidak seperti sinar bulan yang hanya meminjam cahaya besarnya dari
matahari. Atau aku membiarkan kamu tetap menjadi pelangi yang menghias pagi
setelah hujan tiba, biarkan aku menangis dengan ritme yang sangat deras, agar
mereka melihat keindahan pelangi setelah rintihan hujan tiba, yaitu kamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar