Terasa sekali
aku ingin bermain rasa ke arah barat, menghela jutaan rindu terhadapmu yang
masih menghamba pada sosok timur. Atau takdir ini yang menetapkan aku harus
berjalan ke selatan, supaya bertemu dengan penerang rasa yang takkan pernah
redup oleh letupan kemunafikan.
Akan ku
rajam hati ini tanpa sedikit pengampunan, terasa hati ini mati dan beku tanpa
sebuah keindahan. Kataku, “Jika ku ayak
jala ikan, apa aku mampu mendapat yang terbaik dari pulahan ikan yang aku dapat”.
Meski dalam notasi pemisahan rasa yang aku sering pinggirkan, aku ingin mencoba
lagi. Bagaimana bisa bermain rindu yang tidak akan pernah habis aku ciptakan
sendiri.
Aku bukan pengrajin
kata. Aku bukan penghias nalar cinta. Aku bukan penikmat cerita.
Aku pembias usaha. Aku
ingin menjadi kamu penyatu rasa.
Kala suhu
menyambut petang di sore itu. Luapan rasa ini tak kuasa terbendung lagi, dengan
penuh ambisinya, aku ingin mencoba nya tanpa sesekali melawan rasa ego ini yang
terus menyautkan namamu. Aku pengagum keindahanmu, akan ku tempatkan nada
terindah dalam kata yang telah terbentuk dalam pesona bayang.
Kali ini
aku berambisi menaklukan rasa mu. Rasa kita yang akan terbentuk. Dari mana aku
akan memulainya? Tanpa sudut kata yang jelas, aku memberanikannya. Akan ku buat
senja itu membawa pelangi di antaranya. Akan ku buat petang itu bermakna
senyuman di saat hari akan bermulai. Bisakah aku menanam rasa ini dari
sekarang? Supaya aku tahu bagaimana caranya menjadi mawar yang indah itu
seperti apa.
jadi sudah ditaklukan kan blm mas ? hehe puitis sekali tulisannya, btw wajah nya kayak afgan ya sekilas ? haha sepupu saya sampai nyengir2 sendiri baca tulisannya
BalasHapusMencoba menikmati setiap rasa dalam bentuk moment apapun itu :)
BalasHapusbismar : hahaha saya belum mendapatkan ikan yang paling terindah dari banyak ikan di laut mas :) terimakasih yaa atas pujiannya.
BalasHapusTitis : waaaaaah selamat mencoba menikmati mba :)
BalasHapus