Ketika aku mengenal sebuah cinta, apakah cahaya itu kamu
yang dengan mudah masuk dalam dimensi cinta ku? Menyelip di antara celah
pembukuan dalam memori kecilku. Pengisian namamu di dalam hatiku memaknai
berjuta pengertian, dalam pengkajiannya memiliki unsur melapisi bagian-bagian
dari cinta.
Aku tersenyum padamu…..
Melewati pelunakan bibir merah mudamu dan memakan ke
mengapan laki-laki yang ada di sekitarmu. Ingin sekali aku mengecupmu pada saat
itu. Terkadang aku juga tidak begitu mengerti dengan pesona rambutmu yang
begitu lurus, hampir menyaingi garis vertical yang merujukan arahannya.
Ah… sepertinya aku sudah cukup melihatmu hari ini. Aku tidak
akan bilang bahwa hari ini adalah hari terbaikku bisa melihat senyummu lewat
sela-sela pengintaian. Dinginnya hari ini tidak sejalan dengan hangatnya
aktivitas yang menyelimuti keseharianku memanjakan penilaianmu di hari-hari.
Termakan maaf bila seandainya kau tahu, aku memata-mataimu dengan harapan
kekosongan.
Lihat… aku menghakimi diriku sendiri. Aku tidak bisa
merangkum namamu di penggenapan hati yang membentukan kelenturannya. Ini sama
saja seperti seekor kelinci yang melakukan ketertarikannya terhadap seekor
burung merpati yang bisa terbang tinggi. Sangat mustahil.
Aku melewatkan kehadiranmu……
Di saat sore menenggelamkan pusat tata surya, demikianlah
parasmu menghilang seterpa garis langit yang menghitamkan warna dinding langit.
Kau makhluk seperti apa? Di keadaan maya kau berani memunculkan kecantikanmu,
di penghadapanku kau enggan membukakan pesonanya dengan keramahanmu.
Bagaimana aku menciptakan pengaharapan doaku pada sebuah
kaleng rongsokan, dengan di dalamnya di isikan semua pengaharapanku mengagumi
keindahanmu. Dan kuasa airlah yang akan menentukan kemana ia akan menguasai semua
doa yang banyak di kabulkan oleh-Nya. Sungguh mustahil.
- @ferdyrobiyanto
- @ferdyrobiyanto
Tidak ada komentar:
Posting Komentar