Kamis, 04 Juli 2013

Kegelapan Hari Di Pulau Jawa

            Ketika mata yang enggan untuk melepaskan dari kegelapannya. Ketika lapisan busa yang terkesan sengaja melapisi tubuhku dengan penuh kenyamanan. Ketika pergerakan tubuh ini yang mampu memutarkan tulang demi tulang untuk di bunyikan. Entah.... pagi ini sungguh terkesan aneh, kulihat dari sudut kecil jendela sinar mentari enggan melukiskan cahaya kuning yang biasa terpancar. Terlebih dengan ketidakhadirannya suara ayam yang berkokok merdu dengan nada do-re-mi-fa nya. Cukup aku merenggangkan seluruh tulang-tulangku. Mulailah aku bergegas untuk menuntut sebuah matahari untuk keluar dari persembunyiannya.

            “Kemana kau wahai pemberi cahaya?”, tanyaku dengan penuh perhatian.
            “Ini sudah jam biasamu untuk menerangi kehidupan”.

            Kulihat para keindahan bunga sudah melampaui batas kesedihannya, mereka ingin menyuarakan hak kehidupannya seterpa Ia harus menghirup penyinaranmu. Lihatlah bunga mawar itu, Ia seperti memberi pertanda akan menggambarkan sebuah kronologi kematiannya, dengan kelayuannya yang hampir tidak menyerupai keindahan seperti biasanya.

            Dengarlah…. Kehidupan di pijakan bumi ini sebagian kecil berunsur dari penyinaranmu. Aku tahu terkadang atau banyak manusia yang enggan untuk melihat kau muncul di langit yang sangat luas ini, tapi yakin dan percayalah, engkau masih beribu sangat di perlukan untuk kurindukan di sepanjang engkau membulatkan cahayamu. Lihatlah mereka yang acuh meniadakanmu, dia seperti meliburkan daya keringat di sepanjang harinya.

            “Apa engkau masih bersikeras untuk tidak muncul wahai penerang?”.

            Aku tahu semua kembali pada sosok sang pencipta, tentang kemunculan dirimu atau tentang persembunyianmu secara sementara ini. Memang Tuhan yang mampu menggenggam semua perkendalian dirimu, bahkan Tuhan yang mampu membuat bumi bisa menjadi persegi panjang. Di balik semua itu aku dan mereka semua merindukan sosok penerangmu. Sosok kepanasanmu yang melebihi sosok pemanas air di pembulatan energi.  Dan aku ingin saat aku membuka mata di esok hari nanti, ada cahaya kuning yang muncul melewati celah jendelaku. Saat itulah aku ingin mengibarkan badanku untuk bersetubuh dengan kehangatanmu.

Cepatlah kau kembali MATAHARI
Aku dan mereka merindukanmu………

Tidak ada komentar:

Posting Komentar