Rabu, 03 Juli 2013

Ingatkah Diri-Nya?


            Ini langkahku. Mengepakan kedua lentera alam bawah sadarku untuk memasuki setiap detik keagungan Tuhan. Keistimewaan-Mu yang mampu menciptakan bumi besertakan kejadian yang ada di dalamnya, cukup membuatku termanga melebarkan goresan bibir ini dengan sendirinya. Dan mungkin perbedaan naluri perempuan atau laki-laki yang mendasari suatu Agama di mata-Nya sama, tanpa meperbedakan suku, ras, budaya, atau perbedaan lainnya, di penglihatannya semua sama.

            Aku mulai mengenal-Mu sejak aku masih menjadi benih, ketika aku mulai di bentuk dari sebuah pergerakan suruhan-Mu yang mampu menciptakan suatu bentuk yang begitu sempurna, sejak aku di temani oleh dinding-dinding yang sangat gelap, di temani percakapan oleh tali pusar ku yang masih panjang menggeliat di tubuh ini. Inilah salah satu bentuk kebesaran-Mu yang mampu menciptakan diriku sesempurna ini. Aku bersyukur telah terlahir di dunia ini, melihat warna-warni indah di pelataran belahan dunia yang sangat luas ini. Menghirup perubahan warna langit yang menciptakan kaloborasi warna yang begitu indah. dan mampu menerbangkan semua angan untuk sebuah masa depan yang di inginkan.

            Kini nama-Mu telah memudar seterpa perubahan jaman yang makin tidak memasuki akal. Goresan setiap nama-Mu di seluruh tinta hitam di atas kertas sudah tidak di kumandangkan seperti interval biasanya. Ampunilah setiap kenakalan yang mereka perbuat Tuhan, khususnya aku yang lebih memilih untuk diam agar bisa bercengkrama dengan keutuhan-Mu yang sebenarnya dekat tapi terasa jauh. Mungkinkah kau akan menunjukan hal besar apa yang mungkin akan kau tunjukan agar manusia ingat kepada-Mu. Mereka enggan untuk mensosialisasikan kekerabatan mereka di rumah-Mu yang begitu damai, malah yang kini sekarang tergambar mereka hanya bercengkrama hanya melalui social media. Jelas, sebuah perubahan jaman yang tidak meletakkan nilai keagamaan yang hanya berlandaskan pada nilai keburukan. Aku tidak mau membayangkan kejadian apa yang ada di depan nanti, entah akan menambah buruk atau justru lebih mengedepankan nilai keagamaan.

`           Demikian aku menyebut-Mu sebagai arwah yang menuntun aku melangkahkan kaki di tepi pijakan. Setiap pelajaran-Mu yang mampu membiaskan cahaya gelap menjadi cahaya terang, terlebih bahkan mampu menyulap bumi menjadi suatu surga untuk kaum yang menjalani hidup positif. Tatkalah aku tidak mampu melewati suatu peristiwa yang hanya bisa mengadalkan pertolongan-Mu. Aku hanya sebagian dari berjuta makhluk yang di ciptakan-Mu dari tanah, dari berjuta itulah aku harus melewatkan dan bersaing untuk mendapatkan suatu tempat yang layak. Khususnya di tempat-Mu.

            Inilah aku, yang kini telah beranjak dewasa. Memasuki setiap dosa yang sudah ada di depan mata. Tanpa pernah memikirkan dosa yang sudah di tetapkan oleh-Mu. Inilah mereka, seluruh ciptaan-Mu yang menggelantarkan begitu banyak dosa di alam sementara ini. Pendasarannya sederhana, bersiklus masa kecil dengan mempelajari setiap celotehan, lalu beranjak remaja dengan mengumpulkan banyak materi untuk memasuki setiap kejadian buruk di keadaaan dewasa, tahap pendewasaan muncul ketika dia mempunyai suatu keluarga kecil dan memperbaiki setiap perilakunya karena tersadar umurnya tidak akan bertahan lama lagi. Suatu bentuk siklus hidup yang begitu amat sederhana.

            Jika kau lebih memilih untuk berdiri di atas kobaran api yang begitu panas, lakukanlah apa yang kamu mau tanpa memperkenalkan Tuhan-Mu seperti apa. Jika kau memang lebih memilih untuk berdiri di temani oleh bidadari ciptaan-Nya yang begitu sulit untuk di gambarkan kecantikannya, pijaklah setiap langkahmu di bumi dengan keadaan positif, bayangkan setiap nalarmu bekerja tanpa memandang apapun yang buruk. Pijakanmu di bumi hanya berjalan sementara, pijakanmu yang benar-benar melampaui penderitaanmu hanya di alam akhirat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar