Ini langkahku. Mengepakan kedua
lentera alam bawah sadarku untuk memasuki setiap detik keagungan Tuhan.
Keistimewaan-Mu yang mampu menciptakan bumi besertakan kejadian yang ada di
dalamnya, cukup membuatku termanga melebarkan goresan bibir ini dengan
sendirinya. Dan mungkin perbedaan naluri perempuan atau laki-laki yang
mendasari suatu Agama di mata-Nya sama, tanpa meperbedakan suku, ras, budaya,
atau perbedaan lainnya, di penglihatannya semua sama.
Aku mulai mengenal-Mu sejak aku masih
menjadi benih, ketika aku mulai di bentuk dari sebuah pergerakan suruhan-Mu
yang mampu menciptakan suatu bentuk yang begitu sempurna, sejak aku di temani
oleh dinding-dinding yang sangat gelap, di temani percakapan oleh tali pusar ku
yang masih panjang menggeliat di tubuh ini. Inilah salah satu bentuk
kebesaran-Mu yang mampu menciptakan diriku sesempurna ini. Aku bersyukur telah
terlahir di dunia ini, melihat warna-warni indah di pelataran belahan dunia
yang sangat luas ini. Menghirup perubahan warna langit yang menciptakan
kaloborasi warna yang begitu indah. dan mampu menerbangkan semua angan untuk
sebuah masa depan yang di inginkan.
Kini nama-Mu telah memudar seterpa
perubahan jaman yang makin tidak memasuki akal. Goresan setiap nama-Mu di
seluruh tinta hitam di atas kertas sudah tidak di kumandangkan seperti interval
biasanya. Ampunilah setiap kenakalan yang mereka perbuat Tuhan, khususnya aku
yang lebih memilih untuk diam agar bisa bercengkrama dengan keutuhan-Mu yang
sebenarnya dekat tapi terasa jauh. Mungkinkah kau akan menunjukan hal besar apa
yang mungkin akan kau tunjukan agar manusia ingat kepada-Mu. Mereka enggan
untuk mensosialisasikan kekerabatan mereka di rumah-Mu yang begitu damai, malah
yang kini sekarang tergambar mereka hanya bercengkrama hanya melalui social
media. Jelas, sebuah perubahan jaman yang tidak meletakkan nilai keagamaan yang
hanya berlandaskan pada nilai keburukan. Aku tidak mau membayangkan kejadian
apa yang ada di depan nanti, entah akan menambah buruk atau justru lebih mengedepankan
nilai keagamaan.
` Demikian aku menyebut-Mu sebagai
arwah yang menuntun aku melangkahkan kaki di tepi pijakan. Setiap pelajaran-Mu
yang mampu membiaskan cahaya gelap menjadi cahaya terang, terlebih bahkan mampu
menyulap bumi menjadi suatu surga untuk kaum yang menjalani hidup positif.
Tatkalah aku tidak mampu melewati suatu peristiwa yang hanya bisa mengadalkan
pertolongan-Mu. Aku hanya sebagian dari berjuta makhluk yang di ciptakan-Mu
dari tanah, dari berjuta itulah aku harus melewatkan dan bersaing untuk
mendapatkan suatu tempat yang layak. Khususnya di tempat-Mu.
Inilah aku, yang kini telah beranjak
dewasa. Memasuki setiap dosa yang sudah ada di depan mata. Tanpa pernah
memikirkan dosa yang sudah di tetapkan oleh-Mu. Inilah mereka, seluruh ciptaan-Mu
yang menggelantarkan begitu banyak dosa di alam sementara ini. Pendasarannya
sederhana, bersiklus masa kecil dengan mempelajari setiap celotehan, lalu
beranjak remaja dengan mengumpulkan banyak materi untuk memasuki setiap
kejadian buruk di keadaaan dewasa, tahap pendewasaan muncul ketika dia
mempunyai suatu keluarga kecil dan memperbaiki setiap perilakunya karena
tersadar umurnya tidak akan bertahan lama lagi. Suatu bentuk siklus hidup yang
begitu amat sederhana.
Jika kau lebih memilih untuk berdiri
di atas kobaran api yang begitu panas, lakukanlah apa yang kamu mau tanpa
memperkenalkan Tuhan-Mu seperti apa. Jika kau memang lebih memilih untuk
berdiri di temani oleh bidadari ciptaan-Nya yang begitu sulit untuk di
gambarkan kecantikannya, pijaklah setiap langkahmu di bumi dengan keadaan
positif, bayangkan setiap nalarmu bekerja tanpa memandang apapun yang buruk.
Pijakanmu di bumi hanya berjalan sementara, pijakanmu yang benar-benar
melampaui penderitaanmu hanya di alam akhirat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar