Jenuh mungkin sudah terasa dalam pikiran, aku selalu
melayangkan sebuah harapan untuk nya disana, agar dia dapat medengar dengan
lirih tanpa melewati suara. Ya disana… sosok permaisuri yang aku anggap tidak
sempurna, namun titik kesempurnaanya terletak pada perilakunya. Aku hanya
mencintai dalam diam, diam yang aku anggap memang pantas karna mencintaimu
dalam diam sudah cukup bagiku, terkadang mencintaimu dalam diam seperti tetesan
besi panas yang menyentuh kulit. Tanpa mempertemukan, aku sudah bisa merasakan.
Tanpa khayalan, kau selalu terbang dalam benak. Dan tanpa suara, aku sejenak
bernaung dalam angan untuk bisa merasakan kicauan merdumu.
Kesendiran yang membuat tempatmu layak di sampingku, bukankah
setiap manusia memang di ciptakan untuk menjalin kasih? Ada berjuta kenangan
yang pasti akan tercipta indah bila sejoli memadu kasih. Kini aku mulai
bercemin dalam hati, apa aku layak jika harapan yang aku layangkan tanpa suara
itu memasuki ruang kesendirian mu? Apa aku sanggup menjadi harapan besarmu tanpa
harus kau mengetahui kelemahanku? Dan apa aku sanggup menjadi doamu di setiap
kau melangkah?
Disini…. Memang tempatku untuk melihatmu dalam hari. Detik –
detik waktu setiap ku pejamkan mata ini untuk menjadi sebuah jalan penyatuan
hati kita yang berbeda. Setidaknya mencintaimu dalam diam akan terlihat lebih
indah jika kau mengetahuinya. Aku tidak pernah tau sampai kapan kisah ini akan
terjadi, waktu yang akan menjawab di dalam doaku dan doamu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar