Rabu, 28 Mei 2014

Hey Ladies, We’re more beautiful than we think!

     Ketika Anda percaya bahwa ada sesuatu di dalam diri yang harus di banggakan. Anda tidak boleh menutupi itu, keluarkanlah sebagaimana air mengalir dengan sendirinya. Wanita adalah anugerah Tuhan yang paling indah, Dia memiliki kelembutan yang tidak bisa di gambarkan oleh apapun. Namun, kebanyakan dari mereka tidak mensyukuri keindahan yang telah di berikan oleh-Nya. Pikirkan sekali lagi tentang keberadaan seseorang di sekitar kita, bukankah sebuah penilaian kecantikan berdasarkan apa yang di lihat seseorang di luar sana, bukan melainkan apa yang sering kita lihat sendiri di setiap hari?


Sumber : Diambil dari iklan Dove


     Hari ini, esok, dan seterusnya akan terasa indah bila kita melakukan kebaikan terhadap seseorang di luar sana. Bukankah bunga edelweis mempunyai umur yang abadi meski wujud tak sebanding bunga mawar/melati yang di asumsikan mempunyai nilai atau arti tertinggi dalam suatu makna? Tapi percayalah, jika kita menjadi edelweis selamanya kita akan terkenang dalam kebaikan. Meski kita tidak secantik mawar dengan harumnya, penilaian seseorang bukan berdasarkan apa yang di lihat, melainkan apa yang mereka rasa dalam hatinya.

     Hey wanita, mulailah dari sekarang berhenti menilai dirimu tidak mempunyai kelebihan. Setiap manusia berhak atas hak asasi manusianya dalam segala hal yang di inginkanya. Terkhususkan untuk wanita di Indonesia, ada suatu kecantikan yang sudah luntur sejak dulu, yaitu kecantikan dari dalam hati. Mulailah sekarang berbenah untuk sesuatu yang lebih berguna demi mendapatkan kebahagian yang setimpal. Karena wanita adalah lebih indah dari pada apa yang laki-laki pikirkan.


Minta komentarnya yaaa :)

Senin, 19 Mei 2014

Pewaris Kesabaran

Sangat tenang ritme nya
Seperti sunyi angin
Berhembus di lembah kasih
Perlahan mengikuti alur lajurnya

Hingga di masa itu
Aku terlelap di pangkuanmu
Kau usap keringat di dahiku
Kita berada di peraduan cinta

Di masa yang lain nya
Aku melihatmu tak mampu berdiri sendiri
Daya pandangmu tak sejelas dahulu
Bahkan ingatanmu tak sebaik dahulu

Benar... Kita teramat matang
Yang dulu hitam menjadi putih
Tepatnya lanjut usia
Takdir yang tak terpungkiri

Syukur bersama setiap nafasku
Kita wariskan paling berharga
Buah cinta kita dewasa
Kita saling bersandar

Aku menatap setiap keriputmu
Isi hatiku berteriak
Takkan mampu kehilanganmu

Kita bersama hingga kembali padanya



Karya : Adi Rizky
18 Mei 2014

Twitter contact : @adi_rizky

Kamis, 15 Mei 2014

Pecandu Rasamu


            Biarkan aku mengalir bersama rasa yang membangkitkan kita untuk bersama. Tentu aku sangat tahu perasaan itu seperti apa, aku hanya ingin rasa itu membingkai klasik dengan penuh makna nya. Dengan semua pergerakan itu, dengan semua kesamaan itu, dan dengan kelincahan kita dalam menciptakan sebuah kejadian. Aku mengharapkan rasa yang sangat luar biasa.

            Ku biarkan bibir ini terus menyebutmu lantang di dalam hati. Aku hanya ingin berucap diam, seolah aku memahami makna yang terselip di antara namamu yang indah itu. Detik-detik saat bersamamu terasa mematahkan apa arti keindahan bunga mawar, bahkan konotasi bintang yang menyerumpunkan penyinaran seolah kandas saat kamu ada di sampingku.

            Hadirkan aku dalam berjuta ceritamu, meski kita sama-sama mengetahui apa itu arti dari sebuah kebersaman, setidaknya kita membuktikan bahwa cinta tak harus memiliki, namun cinta adalah kata “kita” seutuhnya. Bukankah kebersamaan melahirkan sebuah kualitas dari terciptanya chemistry, atau terus mengandalkan probabilitas yang menggantungkan kita pada ikatan takdir. Jika aku dan kamu mempunyai harapan saat ini, aku harap; gantungkan harapan itu pada satu bintang dari berjuta rasi bintang lainnya, semoga kita bertemu pada titik rasi bintang itu. Entah aku jatuh pada bintang Aquarius atau Orion. Setidaknya kita sudah berusaha untuk mengikat arti kebersamaan.

            Kali ini aku hanyut dalam asmara cintamu. Daya magismu terus menular dengan cepat tanpa ada selah pemikat. Bisakah aku menuntut rinduku untuk lebur bersama api cinta ini. Seperti olokan pemantun syair dalam sebuah aksara, kalanya aku harus tidur bersama kata-kata manis yang sering aku siapkan untuk dirimu.

            Tunggu sampai berapa lama cinta kita yang telah di siapkan Tuhan. Aku bernaung doa pada pemahaman pikiran ini, terus menyisipkan kata “kita” yang memang terkadang tidak yakin. Bukankah memang yang tidak yakin pada akhirnya menjadi yakin? ; Bukankah yang tidak pernah bertemu pada akhirnya akan di pertemukan? ; Dan bahkan pula yang hilang rasa pada akhirnya akan di ciptakan rasa baru yang lebih hebat?
 
            Aku percaya Tuhan menciptakan ruang baru pada setiap manusia berdasarkan proporsisinya. Bukan terhadap keinginannya yang menggebu untuk di kabulkan, melainkan terhadap kebutuhannya. Seperti kata-Nya, hadirmu datang pada saat aku membutuhkan sosok pendamai hidup, pemerhati jalan, pecandu rasa, dan penikmat kejadian.

            Aku kini sejalan denganmu, bukan untuk pengemban visi & misi, melainkan memupuk rasa yang kita ciptakan sendiri. Dengan kedua tanganku atau dengan kesepuluh jariku, mustahil rasanya aku bisa berdiri dengan penuh tegak. Aku butuh kamu. Kenyataanya memang aku membutuhkan kamu. Unsur kebersamaan yang memupuk adanya rasa di antara kita.

            Tentang kesepuluh jariku dan jarimu, dapatkah kita sama rapatkan dalam satu genggaman. Aku ingin lebih memainkan perananku dalam tali kebersamaan ini. Kandasnya aku masih belum berani untuk memulai, dalam macam kenadala yang melibatkan aku pada perasaan yang terus memikat terhadapmu.
 
Hingga saat barat menutup sang tata surya
Aku selalu hinggap dalam pemisah mimpi kita
Dimana tentang Tuhan sebagai sarana perencana
Izinkan aku untuk memulai
           
             Jika aku dikatakan cukup beruntung berada di dekatmu sampai saat ini, itu mungkin karena Tuhan sedang menyusun tulang rusukmu dari tulang rusukku. Benar, itu hanya perumpamaan, atau memang benar adanya. Aku hanya masih merasa malu terhadap rasa yang aku sering pendam, di balik kediamanku dalam meng-eja namamu secara tulus, dapatkah seseorang melakukan itu? Mungkin hanya aku, yaaa hanya aku.
 
Dengarlah, jeritan hatiku yang mugkin sering kamu abaikan.