Rabu, 26 Maret 2014

I Miss You Wherever You Are, Mom!

         Bahkan se-peti cokelat tidak mampu merangkul semua daya tahan tubuh di raga ini, segelintir dukungan penuh dari sahabat sekitar takkan mampu menggantikan itu, atau caffein yang terus menyebar di seluruh tubuh ini takkan bisa menghilangkan perspirasi yang cinderung menghabiskan seluruh pemikiran.

Aku merindukan dukungan dari mu, Ibu!

             Dimana pun aku berada, di dimensi mana engkau mendekap hangat tubuh ini. Aku sangat merindukanmu. Ingin aku membuahkan rasa rindu ini menjadi buah yang sangat manis untuk di jadikan perbincangan. Sekali lagi, aku sangat merindukanmu!

            Di balik semua tugas dan tanggung jawab sebagai mahasiswa/i akan tentu memikul beban berat dari sebuah kesuksesan. Namun, semua dayaku takkan berarti tanpa dukunganmu, Ibu!

            Kini aku melemah, upaya ku tak berhasil dalam menjalankan inspirasi yang sudah terlintas di dalam benak. Aku meminta maaf kali ini kepadamu, Ibu! Saat ini aku tidak bisa menjadi seekor ikan yang tidak bisa hidup di perairan mana saja. Daya magis ku entah mengapa menghilang ketika aku sangat merindukan dekapan dan dukunganmu.

Tuhan, leburkanlah rindu ini menjadi satu

            Andai engkau berada di dekatku sekarang, kemungkinan besar aku takkan melepaskan pelukan hangat yang sering kau perlihatkan padaku saat aku masih kecil. Mengingat jasa mu yang takkan pernah terbayar sepanjang aku hidup di dunia ini, aku hanya bisa membayangkan untuk bisa membahagiakanmu kelak.

            Dan akupun tidak akan pernah lupa, kata-katamu yang selalu berpegang teguh pada quote Thomas Alva Edison. “Genius is one percent inspiration, and ninety-nine percent perspiration”.Semuanya yang didasarkan pada ketekunan, kesabaran, keteguhan dan komitmen atas apa yang dipercayanya akan dapat diraih.

            Meski aku terkadang tidak merasakannya, aku selalu percaya bahwa engkau terus mendoakan dan memeluk erat tubuh ini dalam kerinduan yang begitu amat maya. Tuhan selalu mempunyai cara khusus untuk mempertemukan rindu dalam sebuah ruang dimensi. Bila memaknai sesuatu, jadikanlah itu sebuah dorongan untuk bisa menghasilkan apa yang tidak pernah terbayang sebelumnya.

Selasa, 11 Maret 2014

Pembentuk Rasa

                Terasa sekali aku ingin bermain rasa ke arah barat, menghela jutaan rindu terhadapmu yang masih menghamba pada sosok timur. Atau takdir ini yang menetapkan aku harus berjalan ke selatan, supaya bertemu dengan penerang rasa yang takkan pernah redup oleh letupan kemunafikan.

                Akan ku rajam hati ini tanpa sedikit pengampunan, terasa hati ini mati dan beku tanpa sebuah keindahan. Kataku, “Jika ku ayak jala ikan, apa aku mampu mendapat yang terbaik dari pulahan ikan yang aku dapat”. Meski dalam notasi pemisahan rasa yang aku sering pinggirkan, aku ingin mencoba lagi. Bagaimana bisa bermain rindu yang tidak akan pernah habis aku ciptakan sendiri.


Aku bukan pengrajin kata. Aku bukan penghias nalar cinta. Aku bukan penikmat cerita.
Aku pembias usaha. Aku ingin menjadi kamu penyatu rasa.


                Kala suhu menyambut petang di sore itu. Luapan rasa ini tak kuasa terbendung lagi, dengan penuh ambisinya, aku ingin mencoba nya tanpa sesekali melawan rasa ego ini yang terus menyautkan namamu. Aku pengagum keindahanmu, akan ku tempatkan nada terindah dalam kata yang telah terbentuk dalam pesona bayang.


                Kali ini aku berambisi menaklukan rasa mu. Rasa kita yang akan terbentuk. Dari mana aku akan memulainya? Tanpa sudut kata yang jelas, aku memberanikannya. Akan ku buat senja itu membawa pelangi di antaranya. Akan ku buat petang itu bermakna senyuman di saat hari akan bermulai. Bisakah aku menanam rasa ini dari sekarang? Supaya aku tahu bagaimana caranya menjadi mawar yang indah itu seperti apa.

Selasa, 04 Maret 2014

Mencintaimu Tanpa Rasa

Sekembar biru melampau batas rindu
Merpati terbang hingga membibit rasa dari sanubari
Hadirmu merupakan cara terbaik dari Tuhan
Lantas, mengapa kini mawar ingin tumbuh dengan keindahannya
Mungkin.....
Tuhan menempatkan sayap yang terpisah dengan berjuta pertanda-Nya

Jika bibir membisu dengan perolehan gerak
Pengandaian namamu semakin semerbak dalam hinggapannya
Anjungkan tiap detik dalam per menit
Di situ aku akan masuk bersama dengan rasa baru

Tanpa senyummu,
Mungkin malam takkan indah tanpa bulan dan bintang
Ku butakan seluruh indera ku,
Agar aku tahu bagaimana mencintaimu tanpa rasa